ngatinosatu wrote: manusia malas ada disetiap negara, menurut ane, untung-2 an
setuju gan, manusia males dan rajin itu ada di mana-mana. member ClixSense yang miskin dan kaya juga ada dari berbagai negara (belum tentu orang bangladesh miskin dan orang inggris kaya).
tapi dari sisi market logic, target market (untuk cari DR ClixSense) memang harus logis (masuk akal).
kalau kita dapet 100 DR aktif dari Indonesia misalnya, pertanyaan-pertanyaan yang pertama muncul adalah:
1. sebaik apakah tingkat kualitas mereka (terkait dengan pengetahuan, wawasan, ilmu dan daya pikir)
2. bagaimana kualitas bahasa inggris mereka
3. dengan kualitas sdm dan bahasa inggris mereka yang seperti itu, apakah mereka bisa memanfaatkan kesempatan di ClixSense dengan baik (mis: memanfaatkan Task)
4. seperti apakah kesempatan mereka mendapatkan uang di ClixSense (dari regional/ geo targeted ads dan/atau survey, ClixSense research dsb)
pertanyaan lainnya yang sering muncul misal :
1. sebaik apakah kualitas koneksi internet mereka
2. bagaimana ketersediaan kualitas internet mereka (apakah stabil atau labil, apakah lumrah memakai proxy)
3. seperti apa kehidupan sosial dan ekonomi mereka, apakah mereka akan segera mendapat pekerjaan lain dan meninggalkan atau kurang/ tidak aktif di ClixSense?
sekarang, bandingkan kalau mendapat 100 DR dari India dengan fakta bahwa :
1. bahasa inggris di india itu sudah termasuk bahasa yang lebih membumi dibanding bahasa inggris di indonesia
2. koneksi di india umumnya lebih cepat dan lebih mudah mereka jangkau
sekarang, bandingkan lagi kalau mendapat 100 DR dari first-tier countries (US, UK dst), akan ketemu fakta :
1. bahasa inggris adalah bahasa mereka sehari-hari
2. koneksi internet jauh lebih baik
3. meski daya pikir mereka rendah, mereka paham apa yang dikatakan/minta "si Task, Offer atau lainnya"
4. kesempatan mendapat geo targeted ads, survey, task lebih baik (karena sponsor lebih banyak dari western dan lebih mengutamakan first tier countries)
dst dst, panjang kalau dibahas semua.
singkatnya, kalau hanya sekedar mengandalkan "untung-tuntungan", itu kurang tepat karena semua ada hukum sebab-akibat, resiko dan faktor resiko. di dunia ini, faktor keberuntungan itu "hampir" tidak ada. seandainya kita menang lotere senilai 1 miliar dari 7 triliun pemegang tiket lotere, itu juga bukan karena beruntung, tapi Kesempatan/ Peluang (chance), yaitu sebesar 1/7 triliun. seandainya sebuah tim sepakbola bisa membalikkan keadaan dari kalah menjadi menang, di 2 menit akhir, itu juga bukan keberuntungan, pasti karena mereka berusaha dan memanfaatkan peluang yang ada.
sebagai orang normal yang harus kita lakukan adalah memaksimalkan kesempatan/ peluang yang didapat.
seandainya kita mengeluarkan iklan di sebuah situs dan memasang filter/ restriction hanya untuk SATU negara saja dengan mengabaikan pertimbangan yang diulas di atas, saya dengan pikiran waras akan memilih US atau India. alasannya sederhana, populasi US dan India (secara real maupun populasi Internet) jauhhhhhh dibanding negara lain.
sebagai informasi : India ada 1 milyar 2 ratus juta sementara di Indonesia hanya 200 juta pengguna internet yang tercatat sensus.